My Diary.
to Share my Life Events

Sederhana

Ada yang beranggapan seorang pakar itu bahasanya harus terdengar ilmiah dan sulit dipahami. Padahal mestinya ia bisa menyampaikan sesuatu dengan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh awam sekalipun. Bagi saya, seseorang yang tidak memiliki gelar akademik sekalipun, bila ia pandai menyederhanakan pesan maka dia pantas disebut pakar.
Kisah berikut bisa menjadi pelajaran tentang hal itu. Seorang pria paruh baya untuk pertama kalinya naik pesawat terbang kelas ekonomi jurusan Surabaya-Jakarta. Di dalam pesawat, karena ketidaktahuannya, dia nyelonong duduk di kelas bisnis. Kebetulan kursi tersebut haknya seorang profesor ternama.
Tibalah sang profesor di pesawat, dengan sopan ia menyapa lelaki tadi, “Maaf pak ini tempat duduk saya.” Sedikit kaget lelaki itu balik bertanya, “Siapa Anda?” Dengan tersenyum sang profesor menjawab, “Saya penumpang yang seharusnya duduk di kursi ini.” Dengan tegas lelaki itu menjawab, “Sama-sama penumpang kok ngatur, ndak mau pindah saya.”
Sang pramugari datang menengahi. Dengan amat sopan ia bertanya, “Bisa lihat tiketnya pak?” Secepat kilat lelaki itu menunjukkan tiketnya kepada pramugari. “Maaf pak, ini kelas bisnis, kalau bapak duduknya di kursi nomor 25A di belakang,” kata sang pramugari cantik itu.
Lelaki tersebut menghardik, “Siapa kamu?”
“Saya Nunun pak, pramugari di pesawat ini.”
“Apa itu pramugari?”
“Kalau di bus pramugari itu kondektur, pak.”
Mendengar jawaban itu, lelaki itu langsung menjawab, “Kondektur kok ngatur-ngatur, ndak mau saya.”
Keributan itu terdengar oleh pilot, maka ia pun turun tangan. “Maaf pak, ini kelas bisnis kalau bapak duduknya di nomor 25A di belakang.”
“Siapa kamu?”
“Saya pilot pak, pilot itu seperti sopir kalau bapak naik bus.”
Disertai emosi lelaki itu berkata, “Sopir kok ngatur-ngatur, ndak mau saya!”
Saat ribut-ribut terjadi, lewatlah mbok Bariah. “Mau kemana pak?” tanya mbok Bariah. Dengan malas lelaki itu menjawab, “Saya mau ke Ragunan Jakarta, mbok.”
Dengan suara tegas mbok Bariah berkata, “Kalau ke Ragunan Jakarta bapak duduknya di nomor 25A di belakang, kalau yang disini jurusan Soekarno-Hatta Tangerang.
“Ohh…” Akhirnya lelaki itupun dengan sukarela pindah ke belakang.
Courtesy: Kharis Kustiawan

#masaprakerintrans7

AGUS PERMANA AGUS PERMANA Author

Kamu Pengunjung Ke

Sobat Kang Agus