My Diary.
to Share my Life Events

Ku Titipkan Pada-Nya


Cerpen ini saya kutip dari sahabat SMP saya, yang mungkin banyak hal yang menjadi keajaiban pertama untuk dirinya pribadi juga saya sendiri. hehehheheh selamat membaca ya temen.!

Ku Titipkan Pada-Nya
Oleh: Siti Nuraliyah (X-8)

Andai rontaan asaku terkekang
Gema rasaku andai terbang
Usah ku resah tuk menghilang
Sedang, sulit tuk hapuskan yang membayang
Pelupuk mataku coba tuk beralih
Entah mengapa selalu ku kembali
Raga itu yang menarik sorotku
Mencoba tuk benamkan
Andai bisa ku lakukan
Namun rasa tak salahkan
Aku enggan tuk lupakan

Ku hentikan tarian jemariku di atas keyboard. Diam sejenak, menarik nafas dan dengan lirih ku berkata,
“Benar kah aku masih mencintaimu?”
***
Setiap hari para penghuni Asrama selalu tampak begitu sibuk. Tak terkecuali dengan hari ini. Mereka benar-benar sibuk kecuali aku. Aku masih terbaring di tempat tidur, padahal jam sudah menunjukan pukul 05.30. Entah mengapa, rasanya enggan untuk beranjak dan enggan sekali melepas mukena yang sedang ku kenakan.
“The Aliyah, cepetan beresin Ruang Belajar! Sebentar lagi apel.”
Suara dari Sang Seksi Keamanan, Syifa seolah-olah menarik mukena ku dengan paksa. Aku pun bangkit tetapi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“Heeeiiii, hari ini semuanya apel pagi. Pukul 06.45 harus sudah ada di lapangan.”
Suara dari Ketua OPA Puteri itu memicu suara riuh di Asrama. Ada yang mengeluh karena belum mandi, belum membereskan tempat tidur dan lain sebagainnya. Padahal ketika Sang Ketua OPA itu bersuara, jam sudah menunjukan pukul 06.30.


OPA (Organisasi Pelajar Asrama) adalah sebuah organisasi yang bertanggung jawab atas segala aspek kehidupan yang ada di Asrama.Jika kita melakukan sebuah pelanggaran, maka siap-siap saja menanggung malu karena harus mengelilingi Asrama sembari membawa bantal atau pun kasur.
***
Seluruh siswa Asrama, 210 orang sudah berkumpul di lapangan apel. Disiplin waktu adalah satu hal dari beberapa hal yang paling penting di Asrama. Ketika sudah memasuki barisan, segera ku edarkan pandangan. Di depan sana kudapati 3 orang tengah berdiri dengan kepala tertunduk. Sedikit bertanya dalam hati. Ada apa dengan mereka? Sedang apa mereka di depan sana?
Tak lama kemudian 3 orang di depan sana mengambil sesuatau yang tergeletak di tanah, tepat di depan kaki mereka masing-masing. Ketika mereka kembali berdiri tegap, sontak aku terkejut. Barang haram. Ya, mereka tengah memegang sesuatu yang tidak seharusnya mereka pegang. Membawa handphone ke lingkungan Asrama adalah pelanggaran terberat kedua setelah “pacaran”.
“Nista kalian! Tanamkan dalam diri bahwa seharusnya kalian member contoh! Semakin tinggi tingkatan kalian,seharusnya semakin patuh terhadap aturan.” Pembina diam sejenak sebelum akhirnya melanjutkan,
“ Disini kami, Pembina tidak mungkin menjerumuskan kalian. Aturan yang kami tetapkan, tentu baik untuk kalian. Mengerti para siswa?”
Suara itu membuat suasana hening seketika. Semua siswa tertunduk, tak terkecuali denganku.
***
Aarrggghh, ada apa ini? Rasanya ingin berteriak sekeras mungkin. Aku tidak focus belajar. Semua penjelasan yang disampaikan guru, rasanya hanay mengitari kepala ku saja tanpa masuk ke dalamnya.
Samar-samar terdengar orang yang sedang bernyanyi di luar ruangan kelas. Aneh-aneh saja, batinku. Bernyanyi di saat orang lain belajar.
Hm, tapi ia mengingatkan ku. Ya, lagu yang baru saja ia nyanyikan sungguh mengingatkanku dengan seseorang yang sudah ku kenal selama 3 tahun lamanya. Tetapi meskipun begitu, ia bukan lah masa lalu dalam hidup ku. Bagiku, ia adalah masa sekarang dan masa yang akan datang.
Seorang pria sederhana yang begitu mempesona, itu lah dia. Entah bagaimana caranya, ia telah mencuri hatiku. Sisi gelap yang ada dalam dirinya belum mampu mengikis rasa di dalam hatiku. Aku buta? Ya, aku memang telah buta karena cinta. Tapi yang aku tahu,

cinta bukan masalah gelap atau pun terang dalam diri seseorang. Gelap adalah terang asal kita melihatnya terang dan begitu pun sebaliknya.
***

Ku lirik jam tangan yang selalu menempel di tangan kiriku. Pukul 16.00. Aku menarik nafas, berat. Sudah 3 jam aku memikirkannya dan baru kali ini ia memberikan efek negative yang begitu hebat. Aku yakin sesuatu telah terjadi, tetapi entah apa. Aku benar-benar merasa lelah dan tersiksa dengan pikiran ku sendiri.
Ku berjalan menuju Asrama dengan langkah lemas. Aku tak berbicara sepatah kata pun ketika bertemu dengan teman-teman yang sama-sama menuju Asrama. Jika aku mengatakan sesuatu, itu pun pasti bernada kekesalan. Aku takut tak bisa mengontrol emosiku.
Sesampai di Asrama, aku langsung menuju temapt tidur. Ku biarkan tas ku tergeletak di atas kasur. Aku enggan tuk menyimpannya di Ruang Belajar.
“Hooreee! Istri Pak Yanto ngelahirin. Jadi kita gak KBM.” Teriak Andini yang disambut dengan sorak dari teman-teman yang lainnya.
Ya, seperti ini lah kami. Terkadang, belum bisa sepenuhnya menyadari tugas kami sebagai seorang pelajar.Terlalu banyak berleha-leha. Merasa senang padahal sedang mengalami kerugian yang amat besar.
Aku tengah berada di depan layar komputer saat Andini datang membawa kabar duka berwujud suka kepada kami. Ku lirik bagian CPU yang terletak di sebelah kanan ku. Ku dapati sebuah modem terpasang di port USB. Ada sedikit rasa senang di hati. Rupanya ada salah seorang teman yang membawa barang illegal ini.
Segera ku install “Google Chrom”. Setelah terinstal, ku ketikkan www.facebook.com di bagian tempat mengisikan alamat yang hendak kita kunjungi.
Setelah terhubung dengan jejaring sosial yang sedang digandrungi semua kalangan itu, segera ku ketikkan namanya di bagian pencarian. Ada kesenangan tersendiri saat berjalan-jalan di profil facebooknya. Tapi, kesenangan itu tak berlaku lagi setelah ku dapati sebuah foto dengan komentar dari seorang wanita yang menunjukan bahwa wanita itu adalah kekasihnya. Kekasih? Sungguh, sebuah kata yang cukup menyesakan dada. Ulu hatiku benar-benar terasa nyeri. Ribuan peluru terasa menghantam dada.
Aku tersenyum getir.
“Kau bodoh, Aliyah! Kau memang bodoh, Aliyah! Untuk apa kau mengasihi seseorang yang tidak pernah memedulikan keadaanmu? Untuk apa?”

Sisi gelap hatiku berontak.
“Tidak Aliyah! Kau tidak bodoh. Tidak ada yang salah dengan cinta. Percaya lah! Cintamu padanya tidak akan sia-sia.”
Ya, aku yakin semua ini tidak akan sia-sia.Wanita itu bukan lah alasan bagiku untuk membenci Sang Pencuri Hatiku, apalagi melupakannya. Tak mungkin aku menghancurkan menara kasih yang telah ku bangun sendiri selama 3 tahun lamanya.
Aku hanya bisa mencoba.
Dan rasaku, biarkan ku titipkan pada-Nya.
AGUS PERMANA AGUS PERMANA Author

Kamu Pengunjung Ke

Sobat Kang Agus